Tentang Aku, Kamu, dan Hujan
Pandangan mataku tak pernah lepas dari hujan. Jatuhnya mengajarkan banyak dan suaranya menenangkan. Bahkan sampai reda menjadi ujungnya, aku masih tetap menatapnya. Tak pernah selesai senyumku ketika aroma petrichor menyelusup di rongga hidung. Sayang saja, hujan hari ini tidak lebih lama dari kemarin.
"Mbak, suka hujan ya?"
Ketenanganku sedikit terusik ketika suara seorang laki-laki menyapa telingaku. Namun aku tetap menjawab pertanyaannya.
"Iya." Singkat saja.
"Saya juga mbak," jawabnya antusias. Wajahnya terlihat ceria sekali ketika mengatakannya, seolah sedang menemukan seseorang yang satu pemikiran dengannya.
"Menurut saya, hujan mampu membuktikan bahwa jatuhnya selalu memberikan harapan dan juga kekuatan. Kepada kita, manusia yang sering kali merasa lelah."
Aku setuju dengan pandangannya. Tetapi....
"Kalau menurut saya mas, hujan bukan hanya perihal jatuhnya. Tetapi hadirnya mampu menemani sedih. Seperti saya yang tidak ingin sedih sendirian, saya juga butuh hujan untuk menjadi teman."
Di halte pada pukul lima sore ini. Aku tidak menyangka jika pada akhirnya aku mampu menyampaikan perasaanku. Bahkan kepada laki-laki asing itu.
Komentar
Posting Komentar